PesanTrend.co.id – Imam Al-Ghazali dalam kitab Al-Qasf wa Al-Tibyan fi Ghuroor Al-Khalq Ajma'in mengungkapkan bahwa tidak semua manusia selamat dari tipu daya setan, termasuk mereka yang rajin beramal. Dalam karyanya itu, Al-Ghazali menguraikan empat golongan manusia yang mudah tertipu oleh amal dan kedudukan mereka sendiri, yaitu ulama, ahli ibadah, hartawan, dan ahli tasawuf.
Pertama, golongan ulama atau cendekiawan. Menurut Al-Ghazali, banyak ulama yang terjebak dalam kesombongan ilmu. Mereka sibuk memperdalam syariat dan rasionalitas agama, namun lalai mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Para ulama ini beranggapan bahwa penguasaan ilmu saja sudah cukup untuk mendekatkan diri kepada Allah, tanpa memperhatikan kebersihan hati dari penyakit batin seperti kesombongan, riya, dan keinginan untuk populer. Mereka mengabaikan pentingnya memperbaiki batin, seolah-olah amal lahiriah sudah cukup untuk keselamatan.
Kedua, golongan ahli ibadah. Mereka adalah orang-orang yang rajin menjalankan salat, membaca Al-Qur'an, berhaji, berjihad, dan melakukan berbagai amal sunah. Namun, mereka berlebihan hingga terjebak dalam waswas, seperti terlalu hati-hati dalam wudu atau meragukan kesucian air. Mereka terlalu keras dalam menjalani ritual, namun meremehkan larangan-larangan Allah yang nyata. Ibadah yang mereka lakukan menjadi rutinitas lahiriah tanpa keseimbangan dengan ketaatan sejati.
Baca Juga :Ketiga, golongan hartawan. Dalam kelompok ini, Imam Al-Ghazali mengkritik orang-orang kaya yang membangun masjid, sekolah, jembatan, atau panti sosial bukan karena keikhlasan, melainkan demi mendapatkan pujian. Nama mereka bahkan dipahat di prasasti agar tetap dikenang. Ada pula yang menafkahkan harta secara lahiriah dengan cara halal, namun niatnya untuk pamer dan mencari perhatian. Sedekah kepada fakir miskin pun dilakukan dengan perayaan mewah yang mengotori ketulusan amal.
Keempat, golongan ahli tasawuf. Imam Al-Ghazali menyebut kelompok ini sebagai para sufi palsu yang hanya meniru penampilan luar para sufi sejati. Mereka mengenakan pakaian sederhana, berbicara lemah lembut, dan memperlihatkan kesalehan melalui gerak-gerik lahiriah seperti menundukkan kepala dan bersujud lama. Namun, hati mereka tetap terbelenggu oleh kecintaan terhadap dunia dan sanjungan manusia. Mereka mengira telah mencapai tingkat spiritual yang tinggi, padahal sejatinya masih jauh dari kesucian hati.
Imam Al-Ghazali mengingatkan bahwa banyak orang tertipu oleh amal, ilmu, harta, dan tampilan spiritual yang tampak baik di mata manusia, namun kosong dari keikhlasan dan kesadaran batin. Karena itu, beliau menekankan pentingnya setiap manusia untuk terus memperbaiki hati dan menimbang amal perbuatan dengan jujur, agar tidak terjerumus dalam tipu daya setan yang halus namun menyesatkan. (amn)