Menjaga Aliran Harapan di Musim Kemarau Banyuwangi

$rows[judul]

PesanTrend.co.id - Di bawah terik matahari yang mulai menyengat lebih awal dari biasanya, sekelompok petani tampak sibuk membersihkan endapan lumpur dari bendung kecil di desa mereka. Di tengah suara gemericik air yang mengalir pelan dan bau lumpur basah, mereka bekerja berdampingan dengan petugas Dinas PU Pengairan. 

Inilah gelontor waled, sebuah tradisi modern yang menjadi tameng Banyuwangi dari ancaman kekeringan.

Musim kemarau telah tiba lebih cepat di sebagian wilayah Banyuwangi. Namun, alih-alih resah, para petani tetap optimis bisa menanam dan memanen seperti biasa. Semangat itu tidak muncul begitu saja. 

Baca Juga :

Di baliknya ada upaya panjang dan serius dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam menjaga irigasi tetap mengalir, meski hujan mulai enggan turun.

“Kami terus mengupayakan kebutuhan air irigasi tetap aman selama musim kemarau nanti,” ujar Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, saat meninjau Waduk Bajulmati di Kecamatan Wongsorejo. 

Ia memastikan waduk yang membentang di ujung utara Banyuwangi itu mampu menyuplai air ke sekitar 1.800 hektare lahan pertanian.

Tak hanya Bajulmati, Banyuwangi memiliki jaringan irigasi luas dengan 390 daerah irigasi yang mengairi lebih dari 62.000 hektare lahan.

Untuk itulah, sejak April, Dinas PU Pengairan telah bekerja sama dengan Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) membersihkan DAM, embung, dan bendung dari sedimentasi yang mengurangi kapasitas air.

“Ini kegiatan rutin yang kami lakukan secara gotong royong,” jelas Sekretaris Dinas PU Pengairan, Riza Al Fahrobi.

“Dengan membersihkan endapan, daya tampung air meningkat. Itu penting agar petani tetap bisa bercocok tanam meski kemarau berlangsung panjang," imbuhnya. 

Kerja sama antara pemerintah dan petani ini ibarat simfoni yang menahan laju krisis air. Bagi para petani, air bukan sekadar sumber irigasi, tapi juga aliran harapan. 

Sebab, satu musim tanam yang gagal bisa berarti satu tahun ke depan penuh kesulitan.

Namun tahun ini, mereka masih menaruh harap. Lahan-lahan tetap basah, bibit padi masih bisa ditebar, dan panen di depan mata masih mungkin diraih. Semua berkat aliran air yang tetap dijaga – dari bendungan, embung, hingga ke sawah-sawah kecil di pedesaan.

Banyuwangi memang sedang bersiap menghadapi kemarau, tetapi di antara aliran air yang tetap mengalir, ada keyakinan yang tumbuh: bahwa kekeringan tak selalu harus membawa kehampaan. (amn)